Neurological Level
Dalam artikel Personality Jumping telah saya singgung mengenai NLL. Neurological Level atau NLL adalah sebuah Tools dari NLP yang berfungsi untuk memetakan cara kita berpikir, termasuk masalah dalam pola pikir dan sikap.Model Neurological Level yang dikembangkan oleh Robert Dilts, yang sebenarnya berawal dari pemikiran Gregory Bateson, sangat membantu untuk bisa memahami proses bagaimana sebuah Program Pikiran terbentuk di dalam diri seorang manusia, yang untuk kemudian setelah proses terbentuknya Programming pikiran manusia ini dapat difahami, maka langkah-langkah intervensi dapat dilakukan untuk melakukan koreksi serta pembenahan terhadap program pikiran yang salah dan tidak memberdayakan diri.
Neurological Level terdiri atas lima jenjang yaitu :
- Environment (lingkungan) ,
- Behavior (perilaku),
- Capability (kecakapan),
- Beliefs/Values (kepercayaan/nilai), dan
- Indentity (identitas).
Ada beberapa pandangan yang berbeda di NLP mengenai NLL ini, ada yang melihatnya sebagai level hirarkis, ada yang memperlakukannya sebagai lingkaran konsentris, dan ada pula yang melihat sebagai berkoneksi satu sama lain secara sejajar. Dari manapun Anda memandang model ini, tetaplah akan berguna dengan baik.
1. Spiritual
Sering disebut sebagai “beyond identity connection”.
- Dalam konteks kehidupan seseorang dapat berarti Agama, Spiritualitas atau Kepercayaan.
- Dalam konteks organisasi, dapat berarti visi dan misi.
2. Identitas
Adalah model mengenai diri Anda sendiri. Sering disebut sebagai, citra diri, gambaran diri, jati diri Anda ataupun identitas diri. Level ini untuk menjawab pertanyaan “Siapa saya?” Dalam bisnis, atau dunia kerja adalah identitas perusahaan.
3. Nilai-nilai dan keyakinan
Keyakinan adalah prinsip yang akan membimbing langkah hidup kita, apa yang kita percayai dan yakini sebagai hubungan sebab-akibat berdasarkan peng-inderaan kita terhadap sekitar kita. Apa alasan kita memikirkan dan melakukan sesuatu di sebuah konteks tertentu. Nilai-nilai adalah apa yang penting dan yang kita cari. Menjelaskan bagaimana kita memberikan penilaian baik – buruk, penting – tidak penting atas suatu hal. Level ini menjawab pertanyaan “Kenapa?” , memberikan arahan mana yang boleh dan tidak boleh kita lakukan. Dalam organisasi / bisnis, ini adalah rule of the games yang harus dipatuhi.
4. Kemampuan
Adalah sama dengan skill, yakni level kemampuan kita atas perilaku tertentu. Ini menyangkut kemampuan yang sudah kita tunjukan maupun belum kita kembangkan sepenuhnya. Melingkupi berpikir strategis maupun skill fisik. Level ini menjawab pertanyaan “Bagaimana?”, apa yang mampu kita lakukan di konteks tertentu. Dalam organisasi / bisnis merupakan suatu prosedur / proses bisnis yang disepakati.
5. Perilaku
Level ini menjawab pertanyaan “Apa yang Anda lakukan maupun pikirkan?” Merupakan adalah bagian yang terlihat secara indrawi oleh orang lain.
6. Lingkungan
Level ini menjawab pertanyaan “Di mana, kapan, dan siapa yang terlibat?” Meliputi pengertian di konteks mana suatu hal terjadi, apakah konteks pekerjaan, keluarga, masyarakat, negara, dunia dan lainnya.
Neurological Level Of Change & Mind ReProgramming
Neurological Level Of Change adalah sebuah teknik yang menjelaskan secara sistematis bagaimana sebuah perubahan dapat mempengaruhi seseorang. Neurological Level Of Change ini bisa dibagi menjadi 6 tingkatan yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu:
- Spiritual.
Merupakan level tertinggi yang menaungi semua level. Ini adalah level dimana seseorang menanyakan makna keberadaannya di dunia serta berbagai peran yang ingn ia jalani. Karena menjadi tempat bernaung, level ini memiliki pengaruh yang besar bagi keseluruhan sistem kehidupan seseorang. - Identitas (identity).
Tingkatan yang banyak berbicara tentang identitas diri, misi hidup, nilai-nilai inti dalam hidup dll - Nilai&kepercayaan (value&belief).
Rangkaian dari berbagai macam hal yang kita yakini kebenarannya dan menjadi landasan dari perilaku kita sehari-hari. - Kemampuan (capability).
Sekumpulan ketrampilan, keahlian, dan strategi yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. - Perilaku (behavior).
Perilaku spesifik yang kita lakukan - Lingkungan (environment).
Reaksi kita terhadap lingkungan tempat kita hidup.
"Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Environment)
"Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Behavior)
"Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Capability)
"Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Belief/Value)
"Bang, aku nggak bisa nglakuin ML disini" (Identity)
Contoh lain :
Seorang anak, sebut saja Si Budi yang diolok-olok oleh orangtua dan saudara-saudaranya (environment) karena jatuh ketika belajar naik sepeda. Akibatnya dia berperilaku takut (behavior) untuk naik dan belajar bersepeda lagi. Hal itu mengakibatkan Si Budi tidak bisa naik sepeda karena kemampuannya tidak diasah (Capability). Dari situ Si Budi percaya bahwa kegiatan mengendarai sepeda membuatnya jatuh dan diolok-olok orang lain sehingga membahayakan dia secara fisik dan emosional (Belief/Value). Ketika dia diminta mengendarai sepeda dia selalu menjawab : "Saya tidak bisa naik sepeda" (Identity).
Untuk lebih jelasnya, Proses programming pikiran, jika mengambil alur Neurological Level adalah sebagai berikut. Saat masih kecil interaksi kita dengan lingkungan (environment), terutama dengan orangtua atau pengasuh, akan menentukan perilaku (behavior) kita. Perilaku selanjutnya akan menentukan kecakapan (capability). Kecakapan menentukan kepercayaan/nilai (belief/value) yang akhirnya akan mengkristal menjadi identitas (identity).
Bingung?
Ini saya beri penjelasan yang lebih panjang. Misalnya anak, sebut saja Budi, saat masih kecil, sering diolok-olok oleh orangtua atau pengasuhnya (environment) saat ia menyanyi karena suaranya sumbang. Akibatnya Budi akan berperilaku takut (behavior) untuk menyanyi dan tidak mau mencoba untuk menyanyi lagi karena tidak ingin mendapat malu atau sakit hati karena diolok-olok. Akibat dari perilaku ini kecakapan (capability) Budi untuk menyanyi tidak berkembang karena tidak pernah dilatih. Karena tidak pernah dilatih dan tidak bisa menyanyi Budi akhirnya percaya bahwa menyanyi adalah kegiatan yang membahayakan dirinya secara emosi dan harus dihindari (belief/value). Ia tidak bisa menyanyi dan menilai menyanyi itu tidak penting dan perlu dihindari. Akhirnya saat Budi diminta menyanyi ia menolak dan menjawab, Saya bodoh dan tidak bisa menyanyi. Pada saat Budi menggunakan kalimat Saya . untuk menggambarkan dirinya maka ini adalah identitas dirinya (identity).
Anda jelas sekarang?
Setelah dewasa, saat diminta menyanyi, misalnya di acara ulang tahun atau pesta maka anak kecil yang ada di dalam Budi yang dewasa tidak akan mau menyanyi. Mengapa? Karena ia tidak mau disakiti lagi. Dengan kata lain Budi merasakan emosi negatif yang sangat kuat, yang berhubungan dengan menyanyi, dan menghindarinya.
Apa yang terjadi di dalam pikirannya?
Waktu Budi kecil mengalami diolok-olok saat ia menyanyi maka pikirannya menyimpan pengalaman ini plus emosi negatif yang menyertainya ke harddisk atau memorinya. Setelah Budi dewasa maka saat ia diminta menyanyi yang terjadi adalah pertama, pikirannya menangkap stimulus diminta menyanyi dan segera mencari data yang cocok dengan input ini. Mengapa pikiran melakukan hal ini? Karena Budi, termasuk kita semua, selalu membutuhkan makna untuk suatu kejadian atau stimulus. Cara yang paling mudah adalah dengan membongkar arsip yang ada di memori.
Begitu ditemukan data yang sesuai, yang berasal dari masa kecilnya, maka emosi yang menyertai data ini menjadi aktif. Budi merasa tidak mampu. Selanjutnya Budi memberikan respon dalam bentuk menolak untuk menyanyi. Walaupun dipaksa Budi tetap akan menolak dengan segala cara. Setelah ia tidak lagi diminta menyanyi maka Budi keluar dari situasi bahaya dan melakukan evaluasi, Untung tadi saya nggak nyanyi. Kalau nyanyi suara saya sumbang dan mereka pasti akan menertawakan saya. Hasil evaluasi ini semakin memperkuat programnya.
Masalah muncul karena pikiran (bawah sadar) Budi melakukan salah satu dari dua hal berikut. Pertama, pikiran bawah sadar mencari data yang serupa dengan stimulus dan mengaktifkan emosi (negatif) yang melekat pada data itu. Kedua, pikiran bawah sadar memberikan makna, tanpa persetujuan Budi secara sadar, atas stimulus itu dan ternyata maknanya negatif, karena mengacu pada database yang ada di memori.
Nah, untuk bisa bekerja maksimal dan powerful maka sugesti harus bisa mengintervensi apa yang dilakukan oleh pikiran bawah sadar Budi. Dengan kata lain rangkaian proses sejak diterimanya suatu stimulus hingga terjadinya respon perlu diintervensi.
Anda jelas sekarang?
Proses mulai dari diterimanya suatu input atau stimulus hingga terjadinya suatu respon saya sebut dengan nama Matrix. Matrix berawal dari input data tertentu yang masuk melalui indera kita. Data ini selanjutnya masuk ke pikiran bawah sadar dan digunakan sebagai key word untuk melakukan searching data yang sama, atau serupa, atau mirip yang ada di data base/ memori. Begitu ditemukan data yang serupa maka informasi ini naik ke pikiran sadar beserta semua emosi yang menyertainya. Emosi, bergantung pada intensitasnya, selanjutnya menentukan respon yang kita putuskan untuk dilakukan. Setelah respon dilakukan kita masuk ke fase terminasi atau berhenti. Apakah hanya sampai di sini? Tidak. Setelah terminasi, pikiran kita, baik secara sadar maupun tidak sadar akan melakukan evaluasi terhadap apa yang baru terjadi. Hasil evaluasi ini bisa memperkuat atau melemahkan program pikiran yang telah ada.
Sugesti adalah satu kata yang pasti akan dibicarakan saat kita membahas mengenai hipnosis/ hipnoterapi karena berhubungan dengan salah satu teknik yang digunakan untuk meng-instal program pikiran tertentu ke dalam harddisk biokomputer seseorang.
Sugesti penting untuk dibahas karena merupakan salah satu dari 4 teknik terapi, dalam konteks hipnoterapi, yang digunakan untuk membantu klien mengatasi masalah mereka yaitu:
- Sugesti dan imajinasi pascahipnosis (posthypnotic suggestion and imagery)
- Menemukan akar masalah (discovering the root cause)
- Melepaskan (release)
- Pemahaman baru / relearning (new understanding)
Believe & Value anda adalah program pikiran yang berada di dalam pikiran bawah sadar anda. Inilah program pikiran yang menjadi koridor cara berpikir kita, koridor yang memberikan batasan-batasan kepada kita terhadap apa yang bisa dan tidak bisa, apa yang mungkin dan tidak mungkin, serta apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan... Believe & Value ini adalah persepsi kita terhadap norma-norma kehidupan yang kita pelajari dalam kehidupan kita.
Persepsi adalah realitas. Persepsi membelenggu proses berfikir kita. Persepsi membuat pikiran kita terpasung dalam suatu koridor berpikir. Jika kita ingin masuk ke koridor lain, maka kita harus memperluas persepsi. Seringkali ketika sesuatu hal ternyata berada di luar koridor berpikir kita atau berada di luar kemampuan persepsi kita untuk memahaminya, kita dengan mudah menganggapnya sebagai TIDAK MASUK AKAL. Memang cara itulah yang paling mudah untuk menutupi ketidak tahuan kita, kebodohan kita, kemalasan kita untuk belajar mengenai hal-hal baru guna memperluas cakrawala pemikiran kita.
Pernyataan yang sering muncul biasanya adalah :
Wah.. Ini tidak masuk akal...
Itu tidak mungkin...
Saya tidak mempercayai hal itu bisa dilakukan..
Hal itu pasti melibatkan kekuatan Jin..
dll.
Pertanyaannya adalah, apakah Anda senang dengan hasil yang Anda dapatkan selama ini? Jika ya, bagus sekali, selamat buat Anda. Jika tidak, apa yang harus kita lakukan untuk merubah hasilnya?
Seperti yang dikatakan oleh penulis dari “The Secret of Millionaire Mind” T. Harv Eker, jika kita tidak senang dengan buah yang kita dapatkan, kita tidak dapat merubah buahnya. Yang harus kita perbaiki adalah apa yang diserap oleh akarnya, dengan kata lain, apa yang kita masukkan ke dalam pikiran kita, tepatnya pikiran bawah sadar kita. Akar pohon ibarat 80% dari gunung es, yang tidak kelihatan atau yang bersembunyi di bawah permukaan laut. Dengan merubah apa yang tidak kelihatan ini, maka kita akan merubah hasil yang kita dapatkan. Hasil yang kita dapatkan berasal dari program pikiran yang ada dalam pikiran bawah sadar kita.
- Belief adalah apa yang kita yakini.
- Value adalah apa yang kita anggap penting.
- Identity/identitas adalah siapa kita sendiri, maksudnya kita memandang diri kita sebagai apa.
- Kapabilitas/Skill adalah apa yang kita kuasai untuk mendukung identitas kita.
Sebelumnya, bagaimana hubungan keempat bagian ini dalam menentukan hasil yang kita dapat?
Identitas Anda menentukan bagaimana cara Anda melihat diri Anda, mari kita ambil contoh konteks seorang karyawan, jika Anda adalah seorang karyawan biasa, Anda akan memandang diri Anda sebagai seorang karyawan yang biasa-biasa saja, maka Anda akan bekerja, masuk kantor dari jam 9 sampai jam 5, dan menyenangi bos Anda. Jika identitas Anda adalah seorang karyawan yang teladan, Anda tentu akan melakukan pekerjaan dengan perasaan yang berbeda, Anda mungkin menikmati saat-saat Anda dalam bekerja, identitas menentukan bagaimana menjalani sebuah program.
Dengan identitas Anda sebagai seorang karyawan biasa misalnya, maka Anda akan melakukan hal-hal yang Anda anggap benar sebagai seorang karyawan yang biasa, Anda akan bekerja dengan santai, tidak ingin menyelesaikan tugas dengan cepat, malas-malasan. Untuk apa bekerja keras, toh nanti hasil yang Anda dapatkan juga akan sama saja. Ini adalah salah satu contoh dari belief dari karyawan yang biasa-biasa saja.
Sedangkan seorang karyawan yang baik memiliki keyakinan bahwa, “jika saya bekerja dengan baik, bekerja dengan keras, untuk membantu perusahaan tempat saya bekerja menjadi semakin baik, maka saya akan mendapatkan penghasilan yang lebih baik.” Maka Anda akan melakukan yang terbaik dari dirinya. Anda memiliki keyakinan bahwa dengan bekerja keraslah maka Anda bisa mendapatkan kehidupan yang diinginkan.
Sedangkan value, atau apa yang Anda anggap penting dalam hal karyawan yang baik adalah masuk kerja mulai dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore dan menyelesaikan tugas Anda di kantor. Ini adalah hal yang Anda anggap penting. Jika Anda tidak menganggap ini penting, maka Anda tidak akan melakukannya. Jika Anda tidak melakukannya maka ini bertentangan dengan belief Anda, yang mana menegaskan Anda bahwa dengan bekerja keraslah Anda bisa memiliki kehidupan yang Anda inginkan. Begitu pula dengan sebaliknya.
Kemudian, Anda akan menguasai atau tidak menguasai keahlian tertentu, untuk mendukung apa yang Anda yakini dan yang Anda anggap penting. Semuanya selaras dengan belief dan value Anda.
Jika hasil yang Anda dapatkan tidak sesuai dengan apa yang Anda harapkan, mungkin saja identitas Anda tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tempat Anda bekerja (karena kita membicarakan konteks sebagai karyawan), atau bisa jadi belief Anda menghambat Anda, atau value Anda tidak sama dengan value yang dituntut pekerjaan. Dan mungkin Anda tidak memiliki keahlian yang tepat dalam melakukan pekerjaan, atau Anda perlu meningkatkan keahlian Anda.
Keempat bagian inilah yang mempengaruhi bagaimana Anda berperilaku, bertindak dan membuat keputusan.
Bagaimana merubah belief?
Untuk merubah belief, kita perlu mengerti bagaimana belief terbentuk, dengan mengetahui cara sebuah belief terbentuk atau terinstall, maka kita dapat meng-uninstall belief tersebut.
Sama juga dengan Value, Value sendiri adalah belief yang sudah mengkristal. Belief-belief yang sudah begitu mendarah daging dalam program pikiran kita, sehingga tidak terbantahkan.
Dengan menerima, mengerti apa yang terjadi dalam pikiran kita, otomatis kita mengetahui siapa kita, memang tidak mudah untuk mendefinisikan dalam tingkat yang lebih tinggi. Namun kita dapat mencobanya dengan hal-hal kecil.
Tanpa kesadaran, kita tidak akan bisa berubah. Dengan menyadari hal-hal kecil yang terjadi dalam diri kita, maka kita melatih pikiran kita untuk menjadi sadar dengan setiap perubahan atau apa pun yang terjadi dalam diri kita.
Dengan ini, maka kita dapat merubah apa yang ingin kita ubah.
Karena Berapapun banyaknya Seminar, Workshop, serta Training pengembangan Diri yang telah anda ikuti. Ataupun Buku Pengembangan Diri yang telah anda baca. Anda hanya bisa mencapai hal-hal yang anda yakini dan percayai…
Ya...
Semua ilmu dan pengetahuan yang baru anda pelajari akan menjadi lumpuh ketika berhadapan dengan program lama yang masih bercokol di alam bawah sadar anda.
Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana mengintegrasikan ilmu dan pengetahuan yang baru anda pelajari ke dalam program pikiran bawah sadar secara permanen, tanpa harus menimbulkan konflik diri...?
Bagaimana membuat semua itu dapat menjadi bagian dari pikiran bawah sadar sehingga kita bisa bertindak tanpa upaya sadar yang besar, meraih kesuksesan dengan mudah "The Effortless Success", serta bagaimana agar peristiwa-peristiwa kebetulan yang ajaib semakin sering hadir dalam kehidupan kita...??
Join Us in i~Vibration, The Miracle Of Change
Referensi Artikel dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar